Minggu, 05 Juni 2011

Mengayuh Sepeda Di Gunung Gede (2958 mdpl)

“Awalnya dari iseng hanya obrolan biasa, karena kita sering naik Gunung Gede hanya dengan membawa tas dan tas, dan kita punya tambahan media yaitu sepeda apa salahnya dicoba dengan membawa sepeda”

Pendakian Yang Diidamkan

Mendaki gunung biasanya hanya membawa carrier di pundak menapaki jalan setapak. Bagaimana dengan mendaki gunung dengan membawa sepeda? Hal inilah yang dilakukan Tim Cantigi Cycling yaitu Ombing, Juned, Heri dan Paijo pada tanggal 25 – 27 Mei 2011. Mereka mendaki  dengan sepedanya ke Gunung Gede (2958 mdpl) selama 3 hari. Pendakian biasanya dilakukan membawa carrier saja, itupun sudah sulit dengan beban yang sangat berat di pundak. Apalagi dengan membawa sepeda dan harus membawa semua perlengkapan sendiri dengan berat kurang lebih 30 kg(perlengkapan+sepeda) tanpa ada team support dengan kondisi jalur yang terus menanjak, berakar dan kemiringan hampir 60 derajat yang mengharuskan sepeda terus didorong, digotong dan di tarik dengan tali weebing. Fisik, stamina, sepeda yang sehat dan  mental yang kuat serta  manajemen perjalanan yang matang adalah modal utama untuk keberhasilan pendakian dengan membawa sepeda.


Perjalanan

Jalur Gunung Putri adalah jalur yang dipilih oleh Tim Cantigi Cycling. Dari Pos GPO Putri sampai Surya Kencana normalnya 5-6 jam perjalanan itu pendakian normal yang hanya membawa carrier. Bagaimana dengan membawa sepeda?berapa lama perjalanan yang harus ditempuh? Tim Cantigi Cycling memulai perjalanan dari Pos GPO Putri Sampai Surya Kencana 19 jam lamanya, 3 kali lipat lamanya dari pendakian normal dan sudah kebayang lelahnya mendaki dengan membawa sepeda yang harus terus di dorong dan digotong.  Tanggal 25 Mei 2011 jam 3 pagi perjalanan dimulai dari Cipanas, 2 jam perjalanan akhirnya  tim sampai di sungai. Sebelumnya tim melewati perladangan, kemudian melewati hutan pinus dimana kita akan menyeberangi sungai kecil dan disinilah terakhir air bisa didapatkan. Tim istirahat sejenak dan sarapan pagi sampai jam 8 pagi di sungai ini. Jam 8 pagi Ombing, Juned, Heri dan Paijo memulai perjalanannya kembali. Medan mulai sulit dan terjal, selanjutnya akan memasuki hutan tropis, dengan ketinggian 1.850 m.dpl. Sepanjang perjalanan sepeda  terus di dorong dan digotong melewati jalan yang berakar, berbatu dan menanjak. Perjalanan masih panjang untuk sampai puncak Gunung Gede. Pendakian lewat jalur Putri sangat jarang sekali ditemui jalur landai dan jarang air, air terakhir ditemukan di sungai sebelum Pos 1 dan selanjutnya di Surya Kencana. Disarankan untuk membawa air  secukupnya dari bawah sebelum akhirnya menemukan air di Surya Kencana. Tim masing-masing membawa kurang lebih 3 liter air. Jalur Putri cenderung berakar, berbatu, menanjak hingga kemiringan sampai 60 derajat ditambah lagi banyak pohon tumbang. Tim kesulitan melewati jalur yang menanjak dan melewati pohon tumbang, semua tim mulai kelelahan, fisik sudah mulai melemah. “saya harus mendorong sepeda melewati akar, menaiki sepeda undakan demi undakan yang terlihat tinggi di depan saya, saya sempet stress” kata Heri si pemilik sepeda Marin Putih.

Tim akhirnya sampai di Pos 2 pada pukul 12.00 siang. Di Pos 2 tim memutuskan untuk nge-camp disini dan akan memulai perjalanan kembali ke Surya Kencana besok pagi.

Keesokan paginya jam 7 tim memulai perjalanannya kembali ke Suya Kencana. Sepanjang perjalanan medan yang dilalui makin sulit. Sering sekali ditemui jalan berakar dan terus menanjak. Sepeda terus di dorong dan di gotong, tak pernah ditemui jalur yang landai. Kondisi teman-teman mulai melemah, kehabisan tenaga. Sesekali guyonan-guyonan dilakukan untuk menghibur kondisi tim agar terus bersemangat. “Kondisi temen-temen sudah down, kehilangan tenaga dan semangat, kita satu sama lain kasih semangat, sesekali guyonan, kerjasama tim, saling menjaga, saling support dan saling menjaga” kata Ombing si cowok berambut keriting.  Benar-benar dibutuhkan kemauan, semangat dan fisik yang kuat untuk melakukan perjalanan ini. Track sulit pun di temui bertubi-tubi. Di perjalanan kita melewati Legok Lenca (2.150 m.dpl) dan Buntut Lutung (2.300 m.dpl), serta akan menemui dua buah pondok masing-masing di Lawang Seketeng (2.500 m.dpl) dan di Simpang Maleber (2.625 m.dpl).  Lawang Seketeng, track ini sangat sulit dilalui medan yang curam dan tinggi  yang mengharuskan kami moving together menggunakan tali weebing. Tali weebing ini diikatkan ke sepeda dan kemudian ditarik, di dorong  secara estafet agar bisa sampai ke atas. Lawang Seketeng telah dilalui. Selanjutnya Simpang Maleber. Track ini pun sama sulitnya dengan Lawang Seketeng, track akar dan menanjak  semakin banyak ditemui. Tim sampai di Simpang Maleber jam 6 sore. Disini salah satu anggota tim yaitu Paijo menyerah menaklukan jalur ini. Sepedanya diikat di pohon dan ditinggalkan di Simpang Maleber. “Simpang Maleber akarnya terlalu banyak dan horror, saya gak mau perjalanan tim terganggu karena saya dan menunggu terlalu lama”kata Paijo. Surya Kencana sebentar lagi, jalan semakin sempit dilalui, tim kesulitan membawa sepeda karena sempitnya jalan dan terhalang oleh stang sepeda. Selama perjalanan sering kali ditemui kendala, tim mengatasi hal itu dengan team work, mengalahkan ego masing-masing, saling support dan saling menjaga.



Jam 7 malam akhirnya sampai di Alun-alun Surya Kencana (2.800 mdl). Disini tim bermalam satu malam lagi. Alun-alaun Surya Kencana adalah Padang Rumput dan  Padang Bunga Edelweiss, hamparan  Bunga Edelweiss memenuhi dataran yang seluas kurang lebih 50 Ha. Tempat ini adalah tempat favorit para pendaki, keindahan hamparan Bunga Edelweis membuat semua rasa lelah dan letih tergantikan dengan melihatnya. Begitu juga dengan tim Cantigi Cycling. Dengan leluasa tim menggowes sepedanya di Alun-alun Surya Kencana dari Alun-alun Timur ke Alun-alun Barat. Baru disinilah sepeda bisa di gowes dengan leluasa. Seteleh 19 jam perjalanan menuju Alun-alun Surya Kencana dengan mendorong, menggotong, menarik sepeda akhirnya menemukan dataran landai untuk bisa di gowes yaitu di Alun-alun Surya Kencana.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ombing, Juned, heri dan Paijo bernarsis ria. Dengan rasa bangga tim berfoto dengan sepedanya masing-masing di Alun-alun Surya Kencana. Gowes dan terus digowes sepuasnya sebelum nanti melanjutkan perjalanan yang melelahkan kembali.

Jam 8 pagi, Ombing, Juned dan Heri bersiap-siap menuju Puncak Gede. Paijo salah satu anggota tim tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Puncak karena kondisi fisik dan kesehatan yang tidak memungkinkan. Dan akhirnya Paijo kembali turun ke Simpang Maleber untuk mengambil sepedanya yang ditinggalkan kemarin.

Sepeda terus digowes  dari Alun-alun Timur ke Barat sebelum nanti menanjak kembali melewati batu-batu besar menuju Puncak.  Sampailah di Alun-alun Barat. Siap-siap lagi menggotong sepeda. Perjalanan menuju puncak ini sepeda terus di dorong dan digotong melewati batu-batu besar dan jalan yang menanjak. Mendekati puncak Gunung Gede pepohonan semakin berkurang, kemudian hanya lahan gersang yang belum ada tumbuhan, hal ini diakibatkan kegiatan kawah berapi Gunung Gede yang seringkali mengeluarkan gas berbau belerang. Sesampainya di puncak Gunung Gede kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah karena kita bisa melihat kawah-kawah disekitar puncak, Gunung Pangrango, Gunung Gumuruh dan  pemandangan kota-kota serta gunung-gunung di Jawa Barat. Akhirnya jam 1 siang tim sampai di Puncak. Rasa haru, senang dan bangga di rasakan semua tim. Semua rasa lelah, letih dan stress hilang seketika setelah sampai di Puncak Gunung Gede dan melihat kawahnya.  Seperti Juned yang sangat senang dan bangga akhirnya bisa sampai Puncak. “Bangga sekali, gak banyak orang yang mampu membawa sepeda ke Puncak Gunung Gede, apalagi tantangan-tantangan di lapangan” kata Juned yang berbadan paling besar dan berkumis. Sesampainya di puncak session foto-foto dilanjutkan kembali. Masing-masing dengan bangganya berdiri disamping sepeda menghadap kawah. Jepret..jepret..jepret..berkali-kali kamera di jepretkan untuk mengambil gambar Ombing, Juned dan Heri dengan berbagai macam gaya. Setelah selesai berfoto ria, inilah saatnya  menggowes di Puncak. Di Puncak bisa digowes, tapi hati-hati karena jalurnya yang sempit dan kanan kirinya jurang, ini sangat beresiko tinggi.

Jam 3 siang tim turun dari Puncak Gunung Gede. Mari menggotong dan mendorong kembali. Bertemulah dengan Si Tanjakan Setan, tim memutuskan tidak melewati Tanjakan Setan ini dan mengambil jalan ke arah kanan jalan. Tapi ternyata jalan yang diambil lebih sulit dilalui, banyak pohon tumbang dan track yg dilalui sempit. Akhirnya jam 6 sore tim sampai di Pos Kandang Badak. Sesampainya di Pos Kandang Badak kondisi tim sudah semakin lemah dan down. Tim terus mendorong sepeda melewati Pos Kandang Batu dan sampai di  Air Panas jam 9 malam. Sebenarnya sepeda bisa di gowes setelah air panas menuju pos  GPO Cibodas tetapi dengan tipe sepeda Fulsus atau dua suspensi di depan dan tengah. Karena sepeda tim adalah tipe XC, jadi sepeda baru bisa digowes dari Pos Panyancangan sampai ke Pos GPO Cibodas. Akhirnya Ombing, Juned dan Heri sampai juga di basecamp Cantigi pada jama 1 malam. Perjalanan Pendakian Gunung Gede dengan Sepeda memakan waktu 3 hari dengan total perjalanan 31 jam. Pendakian dengan menggunakan sepeda adalah hal yang cukup sulit dilakukan. Semua harus disiapkan secara matang dan manajemen perjalanan yang bagus. Bukan hanya fisik dan mental tetapi sepeda yang sehat harus disiapkan. Keberhasilan tim adalah keberhasilan semua. Rasa bangga dan haru dirasakan semua tim. “Kita bisa melakukan yang belum tentu orang lain bisa lakukan. Gak ada yang gak mungkin di hidup ini, kalau memang Allah mengizinkan dan kita semua punya semangat, kemauan dan pantang menyerah” kata Ombing si pemilik sepeda Scott Hijau. Rasa bangga pun dikemukakan oleh Heri “sangat gak percaya, mimpi yang saya pelihara dari dulu, saya menjaga dan memeliharanya hingga menggapai mimpi itu”.  (Mbos)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar